Minggu, 17 Mei 2020

Rangkuman Strategi Pengembangan Kurikulum


Strategi Pengembangan Kurikulum


1.      Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum mempunyai pengertian yang cukup beragam mulai dari pengertian yang sempit hingga yang luas.

a.         Pengertian sempit. Pengertian kurikulum secara sempit seperti yang dikemukakan oleh Carter V. Good pada buku. Dictionary of Education, Third edition pada tahun 1973 yang menyatakan “Curriculum as a systematic group of courses or sequences of subject required for graduation or certification in a major field of sudy, for example, social studies curriculum, physical education curriculum...” Pengertian kurikulum ini merupakan pengertian yang sempit dan tradisional. Di sini, kurikulum sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang diberikan guru/sekolah kepada peserta didik guna mendapatkan ijaᴢah atau sertifikat.

b.        Pengertian luas. Sedangkan pengertian secara luas dikemukakan oleh Hollis L. Caswell dan Doak S. Campbell dalam  buku”Developing The Curriculum  1982”, yang memandang kurikulum bukan sebagai sekelompok mata pelajaran, tetapi kurikulum merupakan semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta didik di bawah bimbingan para guru (all the experiences children have under the guidance of teachers). Pengertian kurikulum ini cukup luas karena tidak hanya dibatasi pada sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup semua pengalaman yang diharapkan dikuasai peserta didik di bawah bimbingan para guru. Pengalaman ini bisa bersifat intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler, baik pengalaman di dalam maupun di luar kelas. Pengertian kurikulum seperti ini memang cukup luas, akan tetapi kurang operasional sehingga akan menimbulkan kekaburan dalam pelaksanaannya di lapangan.

2.      Langkah-langkah pengembangan kurikulum sebagaimana diuraikan oleh Ali (2005: 66) :
a.       Perumusan tujuan.
b.      Menentukan Isi Isi kurikulum
c.       Organisasi dan proses belajar mengajar
d.      Evaluasi kurikulum

3.      Strategi Pengembangan Kurikulum
Menurut T. Rakjoni dalam buku “ Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek” mengatakan  strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu
q   merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective),
q    menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experiences),
q   mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences),
q   dan mengevaluasi (evaluating).

4.      Proses Strategi Pengembangan Kurikulum
 Menurut Hulman Sihombing dalam buku “Pengembangan Kurikulum PAK” mengatakan ada pijakan untuk menetapkan strategi pengembangan kurikulum dalam proses mengubah atau mengembangkan kurikulum mencakup hal-hal sebagai berikut:
q   Mengubah Sistem Pendidikan
q   Mengubah Kurikulum tingkat Lokal
q   Memberikan Pendidikan in-service dan Pengembangan Staf
q   Supervisi
q   Reorganisasi Sekolah
q   Eksperimen dan Penelitian

5.      Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Kurikulum Di Sekolah
q   Selidiki berbagai kebutuhan sekolah, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
q   Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan studi tentang berbagai kebutuhan, lalu memilih salah satu yang dianggap paling mendesak diatasi.
q   Mengajukan saran perbaikan
q   Menyiapkan desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi, menentukan bahan pengajaran, metode penyampaian, percobaan, penilaian, balikan, perbaikan, pelaksanaan, dan seterusnya.
q   Memilih anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-masing Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah
q   Melaksanakan hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas.
q   Menerapkan cara evaluasi
q   Memantapkan perbaikan.

Kesimpulan : Strategi pengembangan kurikulum ialah rencana atau target yang mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.

Implikasi : Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan; dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam mengimplementasikan kurikulum memegang posisi kunci. Dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak dalam tataran kelas, Murray Printr (1993) mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut:
q   Implementers
q   Adapters
q   Developers
q   Researchers

DAFTAR PUSTAKA
Carter V. Good, ed. 1973  Dictionary of Education, Third edition, McGraw-Hill, New York
Peter F. Oliva,1982,  Developing The Curriculum Boston: Little, Brown and Company
Nana Sudjana, 1996 Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru Algesindo, Bandung
Nasution,1990  Pengembangan Kurikulum, Aditya Bakti, Bandung
Sukmadinata, Nana Syaodih,2009, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Diktat Sihombing Hulman, “Pengembangan Kurikulum PAK”,

  

Rangkuman Model Model Pengembangan Kurikulum


Model-Model Pengembangan Kurikulum


TEORI
Model- model Pengembangan Kurikulum
Para ahli kurikulum telah banyak merumuskan macam-macam desain atau model pengembangan kurikulum. Manakala kita kaji desain pengembanagn kurikulum yang dikemukakan para ahli kurikulum itu memiliki kesamaan, Diantaranya desain kurikulum yang (1). Berorientasi pada disiplin ilmu, (2). Berorientasi pada kebutuhan Masyarakat, (3). Desain yang berorientasi pada peserta didik. adapun macam-macam model pengembangan kurikulum, diantaranya adalah :

1.             Model Tyler
Tyler lebih lanjut menyatakan, dalam menentukan tujuan pendidikan hendaknya jangan hanya diperhitungkan pendapat para ahli disiplin ilmu melainkan juga kebutuhan dan minat anak dan masyarakat yang sesuai dengan falsafah pendidikan. Dalam proses belajar-mengajar harus diperhatikan latar belakang pendidikan dan pengalaman anak serta persepsi masing-masing agar mereka dapat mengadakan reaksi mental dan emosional maupun dalam bentuk kelakuan.

2.             Model Hilda Taba
          Dalam garis besarnya langkah-langkah dalam model Hilda Taba dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.              Menentukan tujuan pendidikan, dengan langkah-langkah.
b.             Mengdentifikasi dan menseleksi pengalaman belajar, dengan langkah-langkah.
c.              Mengoganisasikan bahan kurikulum dan kegiatan belajar.
d.             Mengevaluasi hasil pelaksanaan kurikulum

3.             Model Harold B. Alberty
          Pada masa yang hampir bersamaan dengan Hilda Taba, Harold B. Alberty yang juga ahli kurikulum mengemukakan tentang model pengembangan kurikulum. Berbeda dengan Tyler dan Hilda Taba yang mengemukakan teori pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah pengembangan saja, Alberty menambahkan dengan beberapa unsur penunjangnya. Yang ditekankan oleh Alberty sebagai unsur penting dalam pengembanagn kurikulum adalah unit sumber belajar, yang disebutnya dengan istilahresource-unit. Pengertian resource unit dapat disamakan dengan pendekatan pembelajaran dalam bentuk unit.

4.             Model David Warwick
          Berbeda dengan model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Hilda Taba yang bersifat induktif, David Warwick mengemukakan model pengembangan kurikulum yang bersifat deduktif. Langkah-langkah pengembangan kurikulum dalam model David Warwick prosesnya relatif singkat dibandingkan dengan langkah-langkah dalam model Hilda Taba. Akan tetapi upaya untuk mendapatkan rancangan kurikulum yang betul-betul sesuai dengan kondisi setiap lembaga pendidikan di setiap wilayah untuk yang setingkat dan sejenispun tidak mudah.

5.             Model Beauchamp
          Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah dalam pengembangan suatu kurikulum, Langkah yang kelima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum. Langkah-langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu: (1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, (2) evaluasi desain kurikulum, (3) evaluasi hasil belajar siswa, (4) evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanaknnya.

6.             Model Roger
          Cari Roger adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembanga sendiri. Berdarskan pandangan tentang manusia maka rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers. Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah:
a.         Pemilhan satu sistem pendidiakan sasaran
b.        Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
c.         Pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran.
d.        Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif.

        Roger lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang terpilih.

7.             Model Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi (KBK)
          Prosedur atau langkah-langkah pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi dapat diurutkan sebagai berikut:
a.       Mengdentifikasi kompetensi,
b.      Merumuskan tujuan pendidikan
c.       Menyusun pengalaman belajar
d.      Menetapkan topik dan subtopik
e.       Menetapkan alokasi waktu
f.       Memberi nama mata pelajaran/ mata kuliah dengan cara mengorganisasikan terlebih dahulu
          Kurikulum dikembangkan dengan memperhatian kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarkat, beerbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

8.             Model Pengembangan Kurikulum 2013
          Model pengembangan Kurikulum 2013 diantaranya sebagai berikut:
a.       Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada disekolah
b.      Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar baik yang bersumber dari komite, dewan pendidikan, dunia indutry dan dunia kerja.

Kesimpulan : Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Disamping memiliki peranan yang sangat penting, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu. Oleh karena itu pengembangan kurikulum harus berpijak pada landasan-landasan yang kuat dan kokoh. Karena landasan kurikulum dapat menjadi titik tolak, artinya pengembangan kurikulum dapat didorong oleh pembaharuan tertentu, misalnya penemuan teori belajar bagi dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap fungsi pendidikan itu. Sedangkan sebagai titik akhir, berarti pengembangan kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapat mewujudkan tujuan. Kegiatan pengembangan kurikulum suatu model yang dapat dijadikan landasan teoretis untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses pengembangan kurikulum. Dengan perkataan lain model pengembangan kurikulum merupakan teori-teori tentang langkah-langkah pengembangan kurikulum. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.

Implikasi : Model-model pengembangan kurikulum ini sangat bermanfaat bagi para pengajar/pendidik karna model-model pengembangan kurikulum memegang landasan yang sangat kuat untuk pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan dengan pengelolaan yang bersifat desentralisasi. Model pengembangan kurikulum yang bersifat subjek akademis, akan berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial sehingga dengan penggunaan mode-model pengembangan kurikulum yang pas maka materi yang disampaikan pendidik dapat tersampaikan kepada siswa dengan benar.



DAFTAR PUSTAKA
Heri Gunawan , Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Alfabeta, 2013).
Ralph W. Tyler, Basic Principles of Curriculum and Instruction, (Chicago: The University of Chichago, Press, 1949).
Hilda Taba, Curriculum Development: Teory and Practice, (NewYork: Harcourt, Brace & World, INC., 1962). Dalam Sukiman, pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik Pada Perguruan Tinggi.
Suharsimi Arikunto, dkk, Manajemen Kurikulum. Dalam Sukiman, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik Pada Perguruan Tinggi.
S. Nasution , Pengembangan Kurikulum. Dalam Sukiman, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek Perguruan Tinggi.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum. Baca juga: Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar Pengembanagn Kurikulum Sekolah.
Waridjan, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruksional, (Jakata: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud, 1984), dalam Sukiman, Pengemabangan Kurikulum: Teori dan Praktik Pada Perguruan Tinggi.
Kurikulum SDN Gunongsekar I Tahun Ajaran 2007/2008.