Selasa, 21 April 2020

Rangkuman Prinsip Pengembangan Kurikulum


PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

1.      Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjuk pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Pengertian dan maka prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Melalui pemahaman suatu prinsip, orang bisa menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang dikandung oleh sesuatu, baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil, dan bersifat memberikan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk mencapai tujuan secara benar.

2.      Macam-macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum
Sumber prinsip menunjukkan dari mana asal muasal lahirnya suatu prinsip. Dari berbagai literasi atau literatur kurikulum, dapat dikemukakan empat sumber prinsip pengembag kurikulum, yaitu: data empiris (epirical data), dataeksperimen (experoment data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense) (Olivia, 1992:28). Data empiris merujuk pada pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif, data eksperimen menunjuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Data hasil temuan penelitian merupakan data yang dipandang valid dan reliabel, sehingga tingkat kebenarannya lebih meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.

3.      Macam-macam Prinsip yang di pakai dalam Pengembangan Kurikulum
Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimana pun. Disamping itu, prinsip pengembangan kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya. Prinsip khusus juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri. Misalnya, prinsip yang digunakan dalam pmengembangkan komponen-komponen kurikulum lainnya. Prinsip pengembangan antara satu komponen dengan komponen lainnya akan berbeda.

a.         Prinsip-prinsip Umum, yaitu relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip ini dikembangkan lebih sempurna dan komprehensif dalam  pengembangan kurikulum yaitu:
·           Prinsip Relevansi, artinya prinsip kesesuaian. Artinya dalam dunia pendidikan adalah adanya kesesuaian antara hasil pendidikan dengan kebutuhan kehidupan yang ada di tengah masyarakat.
·           Prinsip Kontinuitas, artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan yang meliputi sinambung antara kelas maupun sinambung antar jenjang pendidikan, baik secara vertikal maupun secara horizontal.
·           Prinsip Fleksibilitas, prinsip fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur/tidak kaku. Adanya semacam ruang gerak yang memberikan sedikit keluar kebebasan dalam bertindak, terutama dalam hal pelaksanaannya.
·           Prinsip Efisiensi, yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.
·           Prinsip Efektivitas, yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir.


b.        Prinsip-prinsip Khusus
·           Prinsip yang berkenan dengan tujuan pendidikan. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan yang menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus).  Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada ketentuan dan kebijakan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditentukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk didalamnya pendidikan.
·           Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan. Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:
1)             Perlunya penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Semakin umur hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
2)             Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3)             Bagian-bagian kurikulum harus disusun secara berurutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara mendetail.

Kesimpulan : Prinsip-prinsip pengembangan menunjukkan pada suatu pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hak yang terkait dengan kurikulum (curriculum planning). Prinsip-prinsip tersebut menggambarkan ciri-ciri hakikat kurikulum itu sendiri. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimana pun (Prinsip Relevansi, Prinsip Kontinuitas, Prinsip Fleksibilitas, Prinsip Efisiensi, Prinsip Efektivitas). Prinsip khusus juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri (Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan, Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan).

Implikasi : Pengembangan kurikulum hendaknya memberikan pengalaman yang serasi dengan kebutuhan penyesuaian diri dan pengembangan kepribadian yang terintegrasi. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum hendaknya terdiri atas unit-unit yang luas dan menyeluruh yang melibatkan siswa aktif dan memadukan pola pengalaman yang bermakna dan memiliki tujuan. Sekolah adalah suatu institusi sosial yang dirikan dan diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum harus berasaskan atau berlandaskan filosofis, psikologi, sosiologis, organisatoris, dan religius. Mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler terarah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya. Mengusahakan pengembangan kurikulum sedemikian rupa sehingga tamatan pendidikan dengan kurikulum itu dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Mengusahakan agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya dan sumber-sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai, memenuhi harapan.mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat membuahkan hasil (mencapai tujuan pendidikan) tanpa kegiatan yang mubazir.


DAFTAR PUSTAKA 
Alhamuddin. 2019. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum Di Indinesia Sejak Jaman Kemerdekaan Dan Hingga Reformasi (1947-2013). Jakarta: Pernadamedia Group
Majir, Abdul. 2017. Dasar Pengembangan Kurikulum.Yogyakarta: Deepublish (Group Penerbit Cv Budi Utama)
Kusumawati, Naniek. 2017. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dasar. Solo :Cv. Ae Media Grafika
Lismina. 2018. Pengembangan kurikulum disekolah dan perguruan tinggi. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia




Selasa, 07 April 2020

Rangkuman Pengembangan Pengalaman Belajar

Nama                          : Schara Charity Pasaribu
NIM                            : 18.04.11.7192
Jur/ Sem/ Grup         : PAK/ IV/ F
Mata Kuliah             : Perencanaan Pembelajaran
Dosen M.Kuliah        : Andrianus Nababan, M.Pd

Pengembangan Pengalaman Belajar
 Hakikat Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Gagne yang dikutip oleh Wina Sanjaya  pada tahun 1991 edisi 1pada halaman 160  ada delapan tipe pengalaman belajar dari pengalaman belajar yang sederhana sampai pada pengalaman belajar yang kompleks.
Kedelapan tipe belajar yaitu :
a.       Belajar signal
b.      Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan
c.       Pengalaman belajar membentuk rangkaian
d.      Belajar asosiasi verbal
e.       Belajar membedakan atau diskriminisi
f.       Belajar konsep
g.      Belajar hukuman atau hukum
h.      Belajar problem solving

Gagne mengidentifikasikan lima jenis hasil belajar sebagai berikut:
a.       Belajar keterampilan intelektual (intelectual skill)
b.      Belajar informasi verbal Adalah belajar melalui simbol-simbol tertentu.
c.       Belajar mengatur kegiatan intelektual yakni belajar mengatur kegiatan
d.      Belajar sikap yakni belajar menentukan tindakan tertentu.
e.       Belajar keterampilan motorik, yakni belajar melakukan gerakan-gerakan tertentu

2.       Pertimbangan-Pertimbangan menentukan Pengalaman Belajar
a.              Pertimbangan yang berhubungan dengan dengan tujuan yang ingin dicapai
b.             Pertimbangan  berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
c.              Ketersediaan Sumber Belajar
d.             Pengalaman Belajar Harus Sesuai dengan Karakteristik Siswa

3.      Tahapan pengembangan pengalaman belajar
Proses memberikan pengalaman belajar pada siswa, secara umum terdiri atas tiga tahap,
a.  Tahap permulaan (Prainstruksional)
b. Tahap pengajaran (Instruksional)
c.  Tahap penilaian / tindak lanjut

4.      Prinsip-prinsip Penggunaan dalam pengalaman belajar
a.       Berorientasi pada tujuan. Dalam system pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama.Efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
b.       Aktivitas. Pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental
c.        Individualitas. Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.Oleh sebab itu pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu siswa.
d.       Integritas. Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan psikomotor.
Ada sejumlah prinsip khusus untuk merancang pengalaman belajar yaitu : interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan motivasi.

5.      Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (Pbas)
Pengembangan pengalaman pembelajaran pada hakikatnya didesain untuk membelajarkan siswa. Dengan demikian maka, dalam desain pembelajaran siswa harus ditempatkan sebagai factor utama dengan kata lain dalam proses mendesain pembelajaran sebaiknya menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Oleh sebab itu setiap siswa harus memiliki pengalaman belajar secara optimal. Dengan kata lain pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.
a.       Konsep dan tujuan PBAS. PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajarn yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang.
b.      Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran. Untuk memperoleh pengalaman belajar bagi siswa, PBAS diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan lainnya. Namun demikian salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatu
c.       Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran.

6.      Guru dalam Pengembangan Pengalaman Belajar
Kegiatan yang dapat dilakukan guru, diantaranya adalah :
a.       Mengemukakan berbagai alternative tujuan pembelajaran yang harus di capai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
b.      Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
c.       Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
d.      Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya.
e.       Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya.

7.      Strategi Dan Metode Pembelajaran
Pengertian strategi dan metode pembelajaran. Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan. Method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian strategi pembelajaran yaitu, Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran yaitu metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksprerimen dan pemberian tugas.

Kesimpulan : Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pengalaman merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh seseorang dalam kehidupannya yang terjadi pada suatu waktu. Pengalaman belajar adalah sejumlah aktitivitus siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak di capai. Dan belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman, di mana di dalamnya mencakup perubahan-perubahan afektif, motoric,dan kognitif yang tidak di hasilkan oleh sebab-sebab lain. Dan pandangan Guru terhadap pengalaman belajar adalah sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara penadangan tentang sains, tentang belajar dan tentang mengajar.

Implikasi : Dalam Proses belajar mengajar anak dalam kegiatan Belajar Mengajar, pembentukan dan peningkatan tidak hanya di orientasikan pada satu aspek individu. Di dalam kegiatan belajar ini  biasanya pemerintahan membuat kurikulum suatu kerangka yang di gunakan untuk kerangka kegiatan dalam proses belajar yang di susun secara sistematis. Di dalam kegiatan pembelajaran ini baik itu di dalam ruangan / kelas, dan juga bidang-bidang studi yang harus di kembangkan juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan seluruh aspek individu serta kehidupan anak ( pesert didik), khususnya latar belakang social dan ekonominya. Dan seorang guru harus mampu mehamahami perbedaan-perbedaan yang terdapat pada anak dan juga duru harus mampu menyatukan pperbedaan –perbedaan tersebut agar pembelajaran berjalan dengan lancar atau relevan, menyenangkan dan mencapai keberhasilan dalam proses mengajar belajar ini.


Daftar Pustaka
Majid Abdul, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Rosda, 2005).
Sanjaya Wina, Strategi pembelajaran berorentasi standarproses pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2011).
Sanjaya Wina, perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008).

Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). 







Senin, 06 April 2020

Rangkuman Asas-Asas Pengembangan Kurikulum



Nama                          : Schara Charity Pasaribu
NIM                            : 18.04.11.7192
Jur/ Sem/ Grup         : PAK/ IV/ F
Mata Kuliah             : Pengembangan Kurikulum PAK 
Dosen M.Kuliah        : Andrianus Nababan, M.Pd



Asas-Asas/ Landasan Pengembangan Kurikulum
A.    Pengertian Pengembangan Kurikulum merupakan suatu proses penyelenggaran pendidikan  yang menghasilkan suatubentuk pembelajaran yang lebih baik yang berdasarkan kepada asas – asas pengembangan secara menyeluruh sehingga kegiatan dalam belajar mengajar menjadi lebih baik.

B.     Asas Pengembangan Kurikulum
Beberapa pendapat para ahli yang menelaskan tentang pengertian asas atau landasan, seperti berikut ini:
a.       Hornby, memberi pengertian asas atau landasan suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak
b.      Soedijarto, asas atau landasan adalah suatu gagasan, asumsi atau pinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak
c.       Majir, menjelaskan pengertian asas atau landasan yaitu tempat pijakan, awal start atau titik awal.
            Jadi dengan memperhatikan pengertian landasan diatas, maka landasan dalam konteks pengembangan kurikulum, dapat diartikan sebagai suatu gagasan, asumsi atau prinsip pokok yang menjadi sandaran atau titik tolak dari pengembangan kurikulum. Ada beberapa  pendapat para ahli yang berkaitan dengan landasan pengembangan kurikulum pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a.       Robert S. Zais (1976), mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophy and the nature of knowledge, society and culture, the individual, and learning theory. kurikulum sebgai suatu sistem terdiri atas empat komponen, yaitu; komponen tujuan (aims, goals, objektives), isi/materi (contens), proses pembeljaran (learning activies), dan komponen evaluasi (evaluations). agar setiap komponen bisa berjalan sesuai fungsinya secara tepat dan bersinergi, maka perlu di dukung oleh sejumlah landaan atau asas yaitu landasan filosofis sebagai landasan utama, masyarakat dan kebudayaan, individu (peserta didik), dan teori-teori belajar.

b.      Tyler (1998) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberpa aspek yang melandasi suatu kurikulum (school purposes), yaitu: “use of philosophy, studies of learners, suggestions from subject specialist, studies of contemporary life, and use of psychology of learning”.
Menurut Nasution (1995), ada lima asas yang mendasari pengembangan setiap kurikulum, yaitu :
1.      Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang baik, yang ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga guru, orangtua, masyarakat dan bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahkaan pelajaran, cara mengajar dan cara menilai. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama buddha akan berbeda dengan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen.

2.      Asas Psikologi
a.       Psikologi anak
Sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakat dan potensinya. Selama berabad-abad anak lebih dipandang sebagai orang dewasa kecil. Baru setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya. Sejak permulaan abad ke-20, anak kian mendapat perhatian sebagai salah satu asas dalam perkembangnan kurikulum. Timbullah aliran yang disebut progresif. Kurikulum yang sangat berorientasi pada minat dan pekembangan anak disebut “Child Centered Curriculum”. Kurikulum ini merupakan reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Gerakan ini menarik perhatian para pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menempatkan anak sebagai salah satu pokok pemikiran.

b.      Psikologi belajar
Pendiddikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi perilakunya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dan dapat menguasai sejumlah keterampilan. Persoalanya, bagaimana belajar anak itu? Kalau kita memahami dengan baik, bagaimana proses belajar anak itu berlangsung, serta dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang lebih efektif. Pertanyaan tersebut melahrkan berbagai teori belajar, yang antara satu teri dengan teori lainnya berbeda-beda bahan bertentangan. Masing-masing teori itu memiliki kebenarannya sendiri-sendiri, kedati hampir umumnya teori itu tidak dapat secara lengkap memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar itu.

3.      Asas Sosiologi
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapat tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakan dalam perilakunya. Tiap masyarakat memiliki anutan corak nilai yang berlainan. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum, di samping perubahan yang terjadi di masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam perkembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Betapa pun pentingnya asas ini, tetapi penerapanya dalam pengembangan kurikulum harus dijaga agar tidak mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpuat pada masyarakat atau “Society Centered Curriculum”.

4.      Asas Organisatoris
Persoalan yang terkait dengan asas ini ialah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan . Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan dan sekaligus kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat mbantu atau melengkapi yang lainnya.. 

5.      Asas Religus
Dalam Undang-Undang No.20 Taun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Untuk mengembangkan diri peserta didik yang beriman serta bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia, maka pastinya memerlukan asumsi-asumsi religius.

Kesimpulan : Pengertian pengembangan kurikulum merupakan suatu proses penyelenggaran pendidikan  yang menghasilkan suatu bentuk pembelajaran yang lebih baik yang berdasarkan kepada asas – asas pengembangan secara menyeluruh sehingga kegiatan dalam belajar mengajar menjadi lebih baik. Mengembangkan kurikulum bukan hal yang mudah dan sederhana, karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Dalam pengembangan kurikulum, banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. Perkembangan kurikulum didasari atas beberapa asas antara lain yaitu: asas filosofis, asas psikologi, asas sosiologis, asas organisatoris, dan asas religius.

Implikasi : Pengembangan kurikulum hendaknya memberikan pengalaman yang serasi dengan kebutuhan penyesuaian diri dan pengembangan kepribadian yang terintegrasi. Kurikulum harus disusun dan dilaksanakan dengan memperhatikan kesiapan para siswa, karena hal ini mempengaruhi proses pedidikan. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum hendaknya terdiri atas unit-unit yang luas dan menyeluruh yang melibatkan siswa aktif dan memadukan pola pengalaman yang bermakna dan memiliki tujuan. Sekolah adalah suatu institusi sosial yang dirikan dan diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum harus berasaskan atau berlandaskan filosofis, psikologi, sosiologis, organisatoris, dan religius.



Daftar Pustaka
Munandar Arif , Pengantar Kurikulum, Yogyakarta: CV Budi Utama 2018.
Assegaf Rachman, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Transformatif, Yogyakarta: CV Budi Utama.
Majir Abdul, Dasar Pengembangan Kurikulum, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012.
Sihombing Hulman, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen, Tarutung: IAKN Tarutung, 2019.
https://www.academia.edu/35104678/ Makalah Pengembangan Kurikulum.